Masjid Raya Singkawang, Cermin Kerukunan Multi Etnis Kota Singkawang
Helloindonesia.id – Letak masjid ini sekitar 200 meter dari Vihara Tri Darma Bumi Raya, vihara tertua di Singkawang. Masjid yang berdiri tegak di tengah-tengah kawasan tempat tinggal masyarakat Tionghoa ini seperti menjadi cerminan kerukunan beragama yang sudah berlangsung bertahun-tahun. Inilah Masjid Raya Singkawang, masjid yang menjadi simbol kerukunan multi etnis di Singkawang.
Masjid Raya Singkawang terletak di Jalan Merdeka, Singkawang, Kalimantan Barat. Arsitektur masjid raya ini terlihat begitu megah dan indah. Untuk masuk ke halaman masjid ini, pengunjung harus melewati 15 anak tangga. Tangga-tangga ini terletak di sebelah kanan, belakang dan sisi kiri. Untuk menampilkan keindahan arsitektur Masjid Rakyat Singkawang, pada malam hari terdapat lampu-lampu yang menerangi seluruh area masjid. Paduan warna hijau dan putih pada dinding masjid menjadi paduan warna yang membuat masjid terlihat terang.
Sejarah Masjid Raya Singkawang
Masjid Raya Singkawang didirikan tahun 1880 oleh dua orang saudagar, Bawasahib Maricar dan Haji. B. Achmad Maricar (Anak dari Bawasahib Maricar). Basawahib Maricar merupakan seorang pedagang yang berasal dari Distrik Karikal, Calcutta, India, yang datang ke Indonesia pada tahun 1850 M. Kedatangan beliau kemudian mendapat gelar dari pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1875 sebagai Kapitan India.
Masjid Raya Singkawang dibangun di atas tanah milik pendirinya yaitu Bawasahib Maricar. Masjid ini pernah mengalami kebakaran pada tahun 1937. Kemudian masjid ini dibangun kembali dan diperluas pada tahun 1940, oleh tiga orang bersaudara yakni, Haji B. Achmad Maricar, B. Mohammad Haniffa Maricar dan B. Chalid Maricar. Ketiga orang bersaudara tersebut merupakan anak dari Kapitan Bawasahib Maricar. Masjid ini dibangun di atas tanah merdeka yang merupakan warisan dari orang tua mereka, yaitu Kapitan Bawasahib Maricar. Menara yang terletak di samping kiri didirikan pada tahun 1953, yang idenya dipelopori tiga orang yakni oleh H. Munir Haniffa, Djenawi Tahir, dan Kassim Chalid.
Dalam perjalanannya, masjid ini kembali mengalami beberapa kali renovasi (perluasan). Renovasi pertama dilakukan pada tahun 1974 dengan biaya dari Pemerintah Daerah. Renovasi kedua dilakukan pada tahun 1978 dengan biaya swadaya yang dilakukan oleh pengurus masjid.
Saat ini, Masjid Raya Singkawang telah mengalami renovasi total yang memakan waktu sekitar 2,5 tahun. Renovasi total ini sebelumnya telah direncanakan sejak tahun 1998. Karena keterbatasan dana, akhirnya rencana tersebut belum terwujud. Sejak berdirinya Kota Singkawang pada tahun 2002, renovasi dilakukan oleh pemerintah Kota Singkawang dan peletakan batu pertama dilakukan oleh Gubernur Kalimantan Barat saat itu yakni Usman Djafar di tahun 2007. Namun, realisasi pelaksanaan baru terjadi pada bulan Januari 2008.
Walaupun mengalami pemugaran, ada beberapa bangunan yang tetap dipertahankan. Seperti kubah masjid yang kecil merupakan bangunan lama dan kubah besar merupakan hasil renovasi tahun 2008. Kemudian di sisi belakang, ada 2 menara tinggi yang merupakan renovasi tahun 2008. Masjid Raya Singkawang juga tetap mempertahankan satu menara yang ada dibelakang. Sementara di sisi kanan masjid bagian belakang, terdapat satu tugu berwarna emas yang dibangun sejak tahun 1880. Tugu ini memiliki bentuk kubus dengan ketinggian 3 meter dan letaknya di tengah-tengahnya terdapat kolam berdiameter 5 meter.
Share this content: