Tifa Totobuang: Harmoni Budaya dalam Alunan Nada

Alat musik Tifa Titobuang Helloindonesia.id

Di sudut kota Ambon yang tenang di pagi hari, terdengar alunan musik yang merdu dan penuh energi. Irama ritmis berpadu dengan melodi khas, menciptakan harmoni yang menggugah hati. Suara ini berasal dari perpaduan dua alat musik tradisional Maluku yang dikenal sebagai Tifa Totobuang.

Sejarah dan Asal-Usul Tifa Totobuang

Tifa Totobuang adalah kombinasi dari dua alat musik khas Maluku: tifa dan totobuang. Keduanya memiliki peran yang berbeda, namun saat dimainkan bersama, mereka menghasilkan musik yang kaya dan berkarakter. Keberadaan alat musik ini telah tercatat dalam buku Oud en Nieuw Oost-Indien karya Francois Valentijn pada abad ke-18.

Alat musik Tifa Helloindonesia.id
Alat musik Tifa Helloindonesia.id

Tifa: Alat Musik Ritmis Khas Maluku

Tifa adalah alat musik pukul berbentuk tabung yang banyak ditemukan di Maluku dan Papua. Menurut Margaret J. Kartomi dalam Journal of Southeast Asian Studies (1994), tifa memiliki berbagai sebutan di Maluku, seperti tihato, tihal, tibal, dan titir. Alat musik ini dibuat dari kayu dengan rotan sebagai pengikat serta membran dari kulit kambing atau rusa.

Tifa dimainkan menggunakan tongkat pemukul dari gaba-gaba (pelepah sagu) atau dengan tangan. Selain sebagai instrumen musik, tifa juga berfungsi sebagai alat komunikasi. Dahulu, tifa digunakan untuk memanggil warga ke rumah adat (baileo), mengumumkan berita duka, hingga memberi semangat bagi pendayung dalam lomba perahu tradisional (belang).

Terdapat berbagai jenis tifa dengan fungsi berbeda, antara lain:

  • Tifa jekir dan tifa dasar
  • Tifa potong dan tifa jekir potong
  • Tifa bas, yang sering digunakan dalam musik Totobuang

Totobuang: Alat Musik Melodis Bernuansa Gamelan

Totobuang adalah alat musik melodis yang memiliki bentuk dan fungsi mirip dengan gamelan Jawa. Nama “totobuang” berasal dari kata “tabuh”, yang berarti memukul atau memainkan gamelan. Sejarahnya berawal dari masuknya Islam ke Maluku pada abad ke-15, ketika alat musik ini dibawa sebagai cinderamata dalam acara angkat pela (persaudaraan antardesa).

Totobuang terdiri dari beberapa gong kecil dengan berbagai ukuran dan nada, biasanya tersusun dalam dua kolom di atas rangka kayu. Jumlah gong dalam totobuang bervariasi, antara 5 hingga 18 buah. Dalam penelitian Christian Izaac Tamaela (Vrije Universiteit Amsterdam, 2015), disebutkan bahwa desa-desa Kristen di Maluku cenderung menggunakan 12 atau 14 gong, sementara desa-desa Muslim biasanya memiliki 5, 6, atau 9 gong.

Seiring waktu, totobuang tidak hanya dibuat dari tembaga tetapi juga dari bahan lain seperti kayu atau bahkan kaleng bekas, menyesuaikan dengan ketersediaan material.

Tifa Totobuang: Simbol Harmoni Budaya Maluku

Walaupun tifa dan totobuang adalah dua alat musik yang berbeda, keduanya sering dimainkan bersama dalam berbagai acara adat, hiburan, dan penyambutan tamu. Perpaduan ini menciptakan musik yang dinamis dan penuh warna, sehingga masyarakat menganggapnya sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Alat musik Titobuang Helloindonesia.id
Alat musik Titobuang Helloindonesia.id

Setelah konflik Ambon di awal 2000-an, Tifa Totobuang mulai dikombinasikan dengan seni Islam dan Melayu, seperti tari sawat. Menurut Jacky Manuputty dalam buku Carita Orang Basudara: Kisah-kisah Perdamaian dari Maluku, kombinasi ini menjadi simbol perdamaian dan persatuan masyarakat Maluku yang multikultural.

Kesimpulan

Tifa Totobuang bukan sekadar alat musik, tetapi juga warisan budaya yang mencerminkan keharmonisan dan keberagaman masyarakat Maluku. Alunan ritmis dan melodisnya tidak hanya menyenangkan untuk didengar, tetapi juga mengandung nilai sejarah dan makna sosial yang mendalam. Dengan terus melestarikan Tifa Totobuang, kita turut menjaga identitas budaya Maluku agar tetap hidup dan dikenal oleh generasi mendatang.

Kunjungi Juga Hello Indonesia Media Group Lain nya https://balitraveldiary.com/