Gurindam Dua Belas, Perpaduan Budaya Melayu dan Islam

Helloindonesia.idGurindam Dua Belas yang diselesaikan oleh Raja Ali Haji pada tahun 1847 menjadi catatan sekaligus karya sastra bermutu tinggi atas nilai spiritual (dalam Islam), nilai persahabatan rumpun Melayu, dan juga refleksi masyarakat. Lintasan Melayunya amat kuat. Tidak hanya menjangkau Sumatra dan Jazirah Malaysia semata, melainkan sampai dengan titik-titik budaya Melayu di seluruh Nusantara.

Gurindam Dua Belas selesai ditulis oleh Raja Ali Haji di pulau Penyengat, Riau, saat usianya 38 tahun. Karya yang terdiri atas 12 fasal ini merupakan puisi didaktik yang memuat unsur-unsur pengajaran dengan ajaran Islam sebagai intinya—termasuk di dalamnya mengenai syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat. Karya ini sendiri merupakan bentuk puisi dua bait dengan rima sama.

Puisi ini memadukan budaya Melayu dengan ajaran Islam. Kreasi semacam ini amat terkait dengan tumbuhnya pusat-pusat belajar di Nusantara yang mengambil wahana bahasa Melayu.

Pusat-pusat belajar ini sendiri tidak terbatas pada pusat-pusat besar sebagaimana yang terjadi dalam kerajaan-kerajaan besar. Hal ini sejalan dengan semangat zaman yang dibawa oleh Peradaban Islam di Nusantara di mana terdapat banyak sekali pusat-pusat pembelajaran.

Sejalan dengan itu, Gurindam Dua Belas semakin membuka akses masyarakat terhadap bahasa Melayu terutama dalam ciri puisi.

Share this content: