Hari Kesaktian Pancasila sebagai Penguat Ideologi Bangsa

Hari Kesaktian Pancasila diperingati pada tanggal 1 Oktober dan dicetuskan oleh Jenderal Soeharto. Sejarah penetapannya tidak lepas dari peristiwa pemberontakan G30S/PKI. Hari kesaktian pancasila adalah hari peringatan titik balik reaktualisasi pancasila sebagai dasar ideologi bangsa. (Sumber: Wikipedia)
Hari Kesaktian Pancasila juga diperingati untuk mengenang para jenderal yang gugur oleh keganasan pemberontakan G30S/PKI. Jenderal-jenderal yang gugur dalam peristiwa itu disebut dengan Pahlawan Revolusi. Pemerintah membangun Monumen Pancasila Sakti untuk mengenang mereka yang gugur dalam insiden tersebut.
Sejarah Pemberontakan G30S/PKI yang Melatarbelakangi Hari Kesaktian Pancasila
Gerakan yang mengatas namakan G30S/PKI melakukan pemberontakan pada tanggal 30-September-1965 tepatnya saat malam hari. Tragedi G30S/PKI sebenarnya masih menjadi perdebatan di berbagai kalangan dan pengamat sejarah mengenai siapa dalang dan motif sebenarnya.
kelompok religi terbesar saat itu dan otoritas militer mengklaim dan meyakini bahwa Prtai Komunis Indonesia (PKI) adalah dalang keonaran yang ingin merubah ideologi bangsa. Sedangkan Menurut versi Orde Baru, G30S dilakukan oleh pasukan Cakrabirawa, yaitu pasukan pengawal presiden yang melakukan aksi penculikan dan pembunuhan kepada enam jenderal TNI AD.
Pada tanggal 30 September, pemberontak berhasil menguasai dua sarana komunikasi penting yakni RRI Pusat dan Pusat Telekomunikasi. Melalui RRI, pagi jam 07.20 dan jam 08.15. gerakan pemberontak yang mengatas namakan diri sebaga Gerakan 30 September, mengumumkan tentang “Dewan Revolusi” telah dibentuk di pusat dan di daerah-daerah. Setelah itu mereka juga mengumumkan pendemisioniran Kabinet Dwikora.
Pada Jam 14.00 diumumkan lagi bahwa Dewan Revolusi diketuai oleh Letkol Untung dengan para wakilnya. Mereka juga menyebutkan 44 orang lainnya yang masuk dalam anggota inti.
Para-putra terbaik bangsa yang meninggal dalam pemberontakan G30S/PKI yakni Letnan Jenderal A. Yani, Mayjen Haryono, Brigjen D.I. Panjaitan, Brigjen Sutoyo, Mayjen R. Suprapto, Mayjen S. parman.
Ahmad Yani, MT Haryono, dan DI Panjaitan meninggal di tempat. Tiga Jenderal lainnya yakni Sutoyo Siswomiharjo, Soeprapto dan S. Parman di bawa oleh para pemberontak dalam keadaan hidup. Tiga jendral yang diculik dan dibawa dalam keadaan hidup, mereka disiksa dengan keji. setelah mereka dibunuh, Mayatnya dimasukan dalam satu lubang kecil setelah itu bagian atas lubang mereka tutupi dengan pohon pisang. Lubang tersebut kemudian di kenal dengan sebutan Lubang Buaya.
Jenderal TNI Abdul Haris Nasution (AH Nasution) juga menjadi salah satu sasaran utama pemberontak. Namun, AH Nasution dapat selamat dari peristiwa maut tersebut. Penggerebekan kediaman Jendral AH Nasution oleh kelompok pemberontak juga menuai korban jiwa, yakni putrinya yang bernama Ade Irma Suryani. Semula PKI mengira Pierre Tendean (Ajudan Jenderal AH Nasution) sebagai jenderal AH Nasution, namun ternyata salah. karena yang mereka bunuh adalah Ajudan sang jenderal.
Mayor Jendral Soeharto yang saat itu menjabat seorang jenderal, namanya tidak tercantum dalam daftar tokoh yang harus dieksekusi oleh pemberontak PKI. Sehingga, Soeharto memiliki kesempatan memegang kendali komando. Soeharto kemudian membuat beberapa kebijakan strategis, dan dalam tempo sehaari, Soeharto berhasil merebut kembali Jakarta dari para pemberontak PKI.
Beberapa jendral dan korban pemberontakan G30S/PKI antara lain:
- Panglima Angkatan Darat Letnan Jendral (Letjen) TNI Anumerta Ahmad Yani.
- Mayor Jendral (Mayjen) TNI Mas Tirtodarmo Haryono.
- Mayor Jendral (Mayjen) TNI Raden Soeprapto.
- Mayor Jendral (Mayjen) TNI Siswondo Parman.
- Brigadir Jendral (Brigjen) TNI Sutoyo Siswodiharjo.
- Brigadir Jendral (Brigjen) TNI Donald Isaac Panjaitan.
- Brigadir Polisi Ketua Karel Satsuit Tubun.
- Ade Irma Suryani Nasution (Putri Abdul Haris Nasution).
- Kapten Lettu Pierre Andreas Tendean (Ajudan Abdul Haris Nasution).
- Letnan Kolonel Sugiyono Mangunwiyoto (Korban G30S/PKI di Yogyakarta).
- Kolonel Katamso Darmokusumo (Korban G30SPKI di Yogyakarta).
Tanggal 1 Oktober 1965 tepatnya pada jam 20.15 WIB, Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat melalui RRI memberitahukan, bahwa telah terjadi gerakan Kontra Revolusi yang berhasil menculik 6 jenderal senior Angkatan Darat (TNI AD). Namun, situasi dapat dikuasai kembali oleh pimpinan Angkatan Darat Mayor Jendral Soeharto.
Setelah itu Tepat pada jam 21.00 WIB di hari yang sama 1 Oktober 1965, pemerintah lewat Mayor Jendral Soeharto mengumumkan bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI) telah berhasil di tumpas. Akhirnya sejarah mencatat bahwa tanggal 1 Oktober di kenang sebagai Hari Kesaktian Pancasila, dan untuk mengenang 7 jenderal yang meninggal karena pemberontakan G30S/PKI pemerintah membangun Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur.
Hari Kesaktian Pancasila berbeda dengan Hari Lahir Pancasila. Hari Lahir Pancasila adalah hari dimana Pancasila pertama kali diperdengarkan kepada halayak umum sebagai dasar negara. Hari Lahir Pancasila diperingati Pada tanggal 1 Juni. Pada tanggal 1 Juni 1945 Soekarno mengusulkan nama dasar negara kita dengan nama Pancasila (bahasa sansekerta yang berarti: Lima Asas). Sedangkan Hari Kesaktian Pancasila adalah hari dimana ideologi Pancasila dianggap sebagai dasar negara yang tak tergantikan dan berhubungan dengan peristiwa pemberontakan G30S/PKI. Presiden Republik Indonesia ke dua yakni Soeharto, menganggap Pancasila sebagai ideologi harus dikuatkan, mengingat ancaman dari ideologi lain yang tidak selaras dengan kepribadian bangsa.
Terlepas dari perdebatan mengenai sejarah G30S/PKI, Penguatan ideologi pancasila tetap harus diaktualisasikan. Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang dimilikinya. Bangsa dengan karakter kuat akan mampu menjadikan dirinya sebagai bangsa yang bermartabat. Pancasila selain sebagai simbol karakter dan martabat, juga menjadi wadah kebinekaan Indonesia.
sumber : https://www.pewartanusantara.com/hari-kesaktian-pancasila-ideologi-bangsa/
Share this content:
1 comment